Conte Memang 'Jodohnya' Juve

JAKARTA - Dari mulai belasan gelar sebagai pemain hingga satu trofi sebagai pelatih, semua dirasakannya bersama Juventus. Antonio Conte memang bak berjodoh dengan Bianconeri.

Conte baru saja mengantarkan tim yang pernah dibelanya selama 14 tahun itu menjadi scudetto. Kemenangan 2-0 atas Cagliari, plus kekalahan AC Milan dari Inter Milan, menjadi penanda disematkannya nama Juve sebagai pemuncak Liga Italia.

"Saya berterima kasih kepada para pemain yang bekerja begitu keras dan fans yang selalu 100 persen di belakang kami," ucap Conte di Football Italia.

Mungkin justru tifosi-tifosi Juve yang layak berterima kasih kepada pria 42 tahun tersebut.

Sebab, bagi Juve, ini adalah sebuah penantian yang bisa dibilang teramat panjang. Setelah kasus calciopoli beberapa tahun silam, La Vecchia Signora harus merasakan berkutat di Seri B dan ditinggal beberapa pemain bintangnya. Setelahnya, mereka sempat mengalami pergantian pelatih beberapa kali, sampai akhirnya berjodoh dengan Conte.

Semasa kariernya sebagai pemain, Conte adalah salah satu sosok yang berpengaruh untuk Juve. Hampir seluruh kariernya dihabiskan untuk tim asal kota Turin tersebut. Ia juga seorang kapten dan juga salah satu pemain yang pernah merasakan banyak gelar bersama Juve. Terhitung, ia pernah mempersembahkan lima trofi Seri A, satu trofi Liga Champions, satu trofi Piala UEFA, satu Piala Super Eropa, satu Piala Italia, dan empat Piala Super Coppa Italia.

Musim ini, Conte sudah membuktikan beberapa kali di liga bahwa timnya beberapa kali sulit untuk dikalahkan. Juve pernah tertinggal 0-2 dari Napoli sebelum Conte dengan berani memasang strategi yang lebih agresif di babak kedua. Keputusannya untuk memajukan posisi Marcelo Estigarribia di sisi kiri membuat Juve mengakhiri laga tersebut dengan skor 3-3.

Ambil contoh lain adalah ketika timnya menahan imbang Milan 1-1 di San Siro. Ketika itu, Conte mengaku bahwa ia membuat sedikit kesalahan dalam taktik. Situs taktik Zonal Marking menyebut bahwa Urby Emanuelson cukup sukses mematikan Andrea Pirlo pada laga tersebut dan Rossoneri pun mengambil keuntungan hingga unggul 1-0 lebih dulu.

Namun Conte mengubah keadaan di babak kedua dengan memasukkan Simone Pepe dan bermain lebih melebar dengan formasi yang mirip dengan 4-3-3. Hasilnya, Juve memaksa Milan bermain lebih melebar juga, yang mana memaksa para pemain I Diavolo bekerja lebih keras. Juve kemudian memaksakan hasil imbang 1-1 setelah Conte memutuskan untuk memasukkan Alessandro Matri--top skorer mereka di Seri A musim ini--dan menyamakan kedudukan.

Hasil imbang di San Siro itu juga membuat Juve memiliki catatan head-to-head lebih baik dari Milan, hal yang mana disesali Massimiliano Allegri di kemudian hari. Dengan catatan tersebut, Juve berada di posisi aman. Andai Milan bisa menyamai poin mereka di akhir kompetisi, posisi Juve tetap tak akan bisa digeser.

Apa pun, kesuksesan Conte sedikit (atau banyak) menunjukkan bahwa kesuksesan Juve justru tak lepas dari peran mantan pemain sendiri. Meski sudah ditangani berbagai pelatih, mulai dari Claudio Ranieri, Alberto Zaccheroni, hingga Luigi Del Neri, justru di tangan eks pemain sendiri 'Si Nyonya Besar' bisa sukses. Ingat, sebelum ini ada nama Didier Deschamps yang sukses membawa mereka naik ke Seri A lagi setelah degradasi ke Seri B. Hanya Ciro Ferrara saja yang terbilang gagal menangani sang bekas klub.

sumber

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.